Aah Biasa

Welcome To My Blog (Aah Biasa)

Senin, 12 April 2010

Contoh KTI kebidanan.-3

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Perioede post partum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali pada keadaan tidak hamil dan penyesuaian terhadap penambahan keluarga baru. (persis mary halmilton, 1998 : 281).
Perioede post partum merupakan suatu perioed yang memasuki masa kritis bagi Ibu post partum, oleh karena itu asuhan Keperawatan pada perawatan post natal dibagi kedalam tiga periode yaitu : (1) Kritis 2 sampai 4 jam segera setelah lahir, (2) Tiga hari berikutnya, dan (3) Empat sampai enam minggu berikutnya.
Ketiga periode ini dipertimbangkan sebagai periode berbahaya, karena merupakan ancaman kematian Ibu post partum jika perawatan pada Ibu post partum kurang memadai.

1
Periode ini akan lebih berbahaya dan mengancam jiwa Ibu pada kondisi post partum normal, yang disertai adanya penyulit saat persalinan seperti perdarahan antefartum (solusio plasenta). Yang mana insiden kejadian pada perdarahan antefartum sekitar 3% sampai 4% dari semua persalinan, sedangkan kejadian perdarahan antefartum dirumah sakit lebih tinggi karena menerima rujukan.
Maka pelayanan kesehatan dari berbagai tim kesehatan terutama pelayanan keperawatan berperan penting dalam keberhasilan pelayanan kesehatan secara menyeluruh, yang meliputi aspek biopsikososial-spiritual dalam upaya untuk meningkatkan kesehatan dan pemulihan kesehatan.
Berdasarkan insiden terjadinya persalinan secara normal dengan IUFD akibat solusio plasenta di ruang IV RSUD Bekasi dalam kurun waktu 7 bulan terakhir dari bulan Januari 2004 samapi bulan Juli 2004 adalah hanya terdapat 1 jiwa dari 467 persalinan normal pada bulan Juli 2004 dengan namanya dirawat + 2 sampai 3 hari.
Berdasarkan data statistik yang diperoleh dari medical record RSUD Bekasi maka penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan sebagai studi kasus, karena walaupun insiden yang terjadi pada kasus post partum yang desertai IUFD akibat solisio plasenta persentasinya kecil, namun menunjukan angka yang berarti dengan melihat bahaya ancaman yang ditimbulkan pada Ibu post partum. Dengan ini penulis mengangkat kasus ini dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN POST PARTUM NORMAL G5P5 A0 DISERTAI IUFD AKIBAT SOLUSIO PLASENTA HARI KE DUA DI RUANG IV RSUD BEKASI”.

B.  Tujuan Penulisan
1.    Umum
Mampu melaksanakan seuhan Keperawatan secara langsung dan komprehensif melipuri aspek bio-psikologis-sosial dan spiritual dengan pendekatan proses keperawatan.
2.    Khusus
a.     Dapat melaksanakan pengkajian pada klien dengan post partum normal yang disertai IUFD akibat solvsio plasenta.
b.    Dapat melakukan penulisan diagnosa Keperawatan pada klien dengan post partum normal disertai IUFD akibat solvsio plasenta.
c.     Dapat menentukan investasi Keperawatan pada klien dengan post partum normal disertai IUFD akibat solvsio plasenta.
d.    Dapat melaksanakan implementasi Keperawatan pada klien dengan post partum normal disertai IUFD akibat solvsio plasenta.
e.     Dapat melaksanakan evaluasi Keperawatan pada klien dengan post partum normal disertai IUFD akibat solvsio plasenta.
f.      Dapat mendokumentasikan asuhan Keperawatan yang diberikan kepada klien dengan post partum normal disertai IUFD akibat solvsio plasenta dari mulai tahap pengkajian sampai dengan tahap evaluasi.

C.  Metode Penulisan
Penyusunan laporan karya tulis ini penulis menggunakan metode deskriptif yang berbentuk studi kasus, melalui pendekatan proses keperawatan kepada klien meliputi aspek bio-psiko-sosial dan spiritual. Adapun tehnik pengumpulan data kasus ini dilakukan dengan pengamatan/observasi langsung, melalui wawancara baik secara Allo anamese maupun Atto anamese, pemeriksaan fisik, studi dokumentasi/catatan perawat serta studi literatur buku.

D.  Sistematika Penulisan
BAB I   PENDAHULUAN terdiri dari Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan.
BAB II  TINJAUAN TEORITIS terdiri dari Konsep Dasar yang berisikan Definisi post partum, proses terjadinya persalinan, Aratomi Fisiologi reproduksi, fisiologi dan psikologi nifas, penatalaksanaan post partum, Definisi IUFD, Etiologi, Epklemiologi, reaksi kehilangan dan berduka, penatalaksanaan, Definisi solusio plasenta, Etiologi solusio plasenta, patifisiologi, Manifrestasi kenis, Diagnosis solusio plasenta, komplikasi dan penatalaksanaan. Dan Proses Keperawatan yang berisikan Asuhan Keperawatan pada post partum meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, rasionalisasi, implementasi dan evaluasi.
BAB III TINJAUAN KASUS terdiri dari Tinjauan Kasus yang berisikan tentang Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan post partum normal G5P5A0 disertai IUFD akibat solusio plasenta diruang IV RSUD BEKASI.
TINJAUAN PEMBAHASAN Berisi tentang perbandingan antara konsep dasar dengan kenyataan yang penulis temui.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

Konsep Dasar

Definisi
Solusio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir.
(Rustam Mochtar, 1998 : 279)
Batasan solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta sebelum waktunya dengan implantasi normal pada kehamilan trimester ketiga.
(Ida Bagus Gde Manuaba, 1998 : 258)
Menurut Nevile F, Hacker, (2001 : 175) :
“Solusio plasenta, atau pemisahan prematur pada plasenta yang berimplantasi secara normal, menimbulkan komplikasi 0,5 sampai 1,5 persen dari semua kehamilan (1 dalam 120 kelahiran), solusio yang cukup hebat dalam mengakibatkan kematian janin terjadi dalam 1 per 500 persalinan”.

Jadi solusio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal terlepas dari perlekatannya sebelum waktunya pada kehamilan trimester ketiga, yang dapat mengakibatkan kematian janin terjadi dalam 1 per 500 persalinan.




7
 
Etiologi
Menurut Rustam Mochtar (1998 :280), sebab yang jelas terjadinya solusio plasenta belum diketahui pasti, namun faktor predisposisi yang mempengaruhi antara lain :
Faktor Vaskuler (80-90%) yaitu toksemia gravidarum, glomerulo nefritis kronika, dan hipertensi esensial.
Faktor trauma
Pengecilan yang tiba-tiba dari uterus pada hidramion dan gemeli.
Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak/bebas, versi luar, atau pertolongan persalinan.
Faktor paritas
Lebih banyak dijumpai pada multi daripada primi. Holmer mencatat bahwa dari 83 kasus solusio plasenta dijumpai 45 multi dan 18 primi.
Pengaruh lain seperti anemia, malnutrisi, tekanan uterus pada vena cava inferior, penyalahgunaan kokain dan lain-lain.
Trauma langsung seperti jatuh, terkena tendang dan lain-lain.
Klasifikasi
Menurut Rustam Muchtar (1998 : 280), solusio plasenta dibedakan                     berdasarkan derajat lepasnya plasenta yaitu :
Solusio plasenta parsialis
Bila hanya sebagian saja plasenta terlepas dari tempat perlekatannya.
Solusio plasenta totalis (komplit)
Bila seluruh plasenta sudah terlepas dari tempat perlekatannya.
Kadang-kadang plasenta ini turun ke bawah dan dapat teraba pada pemeriksaan dalam, disebut prolapsus plasenta.






Gambar 2.1. Gambar Jenis Solusio Plasenta :
A. Solusio Plasenta Parsialis dengan perdarahan keluar, B. Solusio Plasenta Totalis dengan perdarahan tersembunyi.
Patofisiologi
Menurut Arif Mansjoer (1999 : 279), terjadinya solusio plasenta dipicu oleh perdarahan ke dalam desidua basalis, yang kemudian terbelah dan meninggalkan lapisan tipis yang melekat pada miometrium sehingga terbentuk hematoma desidual  yang menyebabkan pelepasan, kompresi, dan akhirnya penghancuran plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut.
Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma retroplasenta yang akan memutuskan lebih banyak pembuluh darah, Sehingga  pelepasan plasenta makin luas dan mencapai tepi plasenta. Karena uterus tetap berdistensi dengan adanya janin. Uterus tidak mampu berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh darah tersebut. Selanjutnya darah yang mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban.
Manifestasi klinis
Menurut Ida Bagus Gde Manuaba (1998 : 259), gambaran klinik solusio plasenta tergantung dari beberapa bagian plasenta yang terlepas :
Solusio plasenta ringan
Terlepasnya plasenta kurang dari ¼ luasnya.
Tidak memberikan gejala klinik dan ditemukan setelah persalinan.
Keadaan umum Ibu dan janin tidak mengalami gangguan.
Persalinan berjalan dengan lancar pervaginam.
Solusio plasenta sedang
Terlepasnya plasenta lebih dari ¼, tetapi belum mencapai 2/3 bagian.
Dapat menimbulkan gejala klinik :
Perdarahan dengan rasa sakit
Perut terasa tegang
Gerak janin berkurang
Palpasi bagian janin sulit diraba
Auskultasi jantung janin dapat terjadi asfiksia ringan dan sedang
Pada pemeriksaan dalam ketuban menonjol
Dapat terjadi gangguan pembekuan darah
Solusio plasenta berat
Lepasnya plasenta lebih dari 2/3 bagian
Terjadi perdarahan disertai rasa nyeri
Penyakit pada Ibu
Terjadinya syok dengan tekanan darah menurun, nadi dan pernapasan meningkat
Dapat terjadi gangguan pembekuan darah
Pada pemeriksaan dijumpai turunnya tekanan darah sampai syok, tidak sesuai dengan perdarahan dan penderita tampak anemis.
Pemeriksaan abdomen tegang, bagian janin kulit diraba, dinding perut terasa sakit; dan janin telah meninggal dalam lahir
Pemeriksaan dalam ketuban tegang dan menonjol
Solusio plasenta berat dengan couvelaire uterus terjadi gangguan kontraksi dan atonia uteri.
Diagnosis Keperawatan
Menurut Ida Bagus Gde Manuaba ( 1998 : 260 ), diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan dengan melakukan :
Anamnesa
Terdapat perdarahan disertai rasa nyeri
Terjadi spontan atau karena trauma
Perut terasa nyeri
Diikuti penurunan sampai terhentinya gerakan janin dalam rahim
Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik umum
Keadaan umum penderita tidak sesuai dengan jumlah perdarahan
Tekanan darah menurun, nadi dan pernapasan meningkat
Penderita tampak anemis
Pemeriksaan khusus
Palpasi abdomen
Perut tegang terus menerus
Terasa nyeri saat dipalpasi
Bagian janin sukar ditentukan
Auskultasi
Denyut jantung janin bervariasi dari Asfiksia ringan sampai berat
Pemeriksaan dalam
Terdapat pembukaan
Ketuban tegang dan menonjol
Pemeriksaan penunjang : dengan ultrasonografi, dijumpai perdarahan antara plasenta dan dinding abdomen.

Komplikasi
Menurut Ida Bagus Gde Manuaba (1998 : 261), tergantung luas plasenta yang terlepas dan lamanya solusio plasentae berlangsung, dan penyulit solusio plasenta dikemukakan sebagai berikut :
Komplikasi pada Ibu
Perdarahan dapat menimbulkan :
Variasi turunnya tekanan darah sampai keadaan syok
Perdarahan tidak sesuai dengan keadaan penderita anemis sampai syok
Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma
Gangguan pembekuan darah
Masuknya tromboplastin kedalam sirkulasi darah menyebabkan pembekuan darah Intravaskular dan disertai hemolisis.
Terjadi penurunan Fibrinogen sehingga hipofibrinogen dapat mengganggu pembekuan darah.
Oliguria, Terjadinya sumbatan glomerulus ginjal dan dapat menimbulkan produksi urin semakin berkurang.
Perdarahan Postpartum
Pada solusio plasenta sedang sampai berat terjadi Infiltrasi darah ke otot rahim, sehingga Menghambat kontraksi dan menimbulkan perdarahan karena atonia uteri.
Kegagalan pembekuan darah menambah beratnya perdarahan.
Komplikasi pada janin
Perdarahan yang tertimbun  dibelakang plasenta mengganggu sirkulasi dan nutrisi ke arah janin sehingga dapat menimbulkan asfiksia ringan sampai berat dan kematian dalam rahim.
Pentalaksanaan Medik
Menurut Ida Bagus Manuaba (1998 : 260), penatalaksanaan  medis pada solusio plasenta dibagi berdasarkan tingkatannya yaitu :
Solusio plasenta ringan
1)   Perut tegang sedikit, perdarahan tidak terlalu banyak
2)   Keadaan janin masih baik dapat dilakukan penanganan secara      konservatif.
3)   Perdarahan berlangsung terus ketegangan terus meningkat, dengan janin yang masih baik dilakukan sectio sesarea
4)   Perdarahan yang berhenti dan keadaan baik pada kehamilan prematur dilakukan perawatan inap
Solusio plasenta tingkat sedang dan berat
Penanganannya dilakukan dirumah sakit karena dapat membahayakan jiwa penderita, tatalaksananya adalah :
Pemasangan infus dan transfusi darah
Memecahkan ketuban
Induksi  persalinan atau dilakukan sectio sesarea
Sikap bidan dalam menghadapi solusio plasenta
Dalam menghadapi perdarahan pada kehamilan, sikap bidan yang paling utama adalah melakukan rujukan ke rumah sakit. Dalam melakukan rujukan diberikan pertolongan darurat :
Pemasangan infus
Tanpa melakukan pemeriksaan dalam
Diantar petugas yang dapat memberikan pertolongan
Mempersiapkan donor dari masyarakat atau keluarganya
Menyertakan keterangan tentang apa yang telah dilakukan untuk memberikan pertolongan pertama

Proses Keperawatan

Proses keperawatan meliputi :
Pengkajian
Biodata
Nama, umur, alamat, pekerjaan, agama, pendidikan, no register, diagnosa medis, tanggal pengkajian, dokter penanggung jawab, nama suami, umur, pekerjaan, alamat, pendidikan (Yoseph Tueng, 1996 : 13).
Riwayat kesehatan
Keluhan utama : After pain, konstipasi, kandung kemih penuh.
Keluhan waktu didata : pengaruh penyakit terhadap aktivitas kehidupan sehari-hari, seperti personal hygiene dan status emosional, ataupun perawatan bayi/menyusui dan lain-lain (Persis Mary Hamilton, 1995 : 282).
Riwayat Obstetri
Riwayat Mentruasi
Menarche, siklus haid, lamanya, sifat sekret (sedikit, normal, banyak dengan atau tanpa bekuan), ada atau tidaknya nyeri saat haid (dismenore) (Neville F. Hacker, 2001 : 17).
Riwayat  perkawinan
Umur waktu kawin, lamanya kawin dan berapa kali (Neville F. Hacker, 2001 : 18).
Riwayat persalinan
Berapa melahirkan aterm, prematur, abortus, gemeli, jumlah anak yang hidup, penyulit persalinan, masalah persalinan, bila mengalami perdarahan kala I, II, II dan IV untuk asuhan keperawatan), bila bayi meninggal apa sebabnya (Marilynn E. Doenges, 2001 : 266).
Riwayat kehamilan saat ini
HPHT dan tapsiran persalinan, pemeriksaan antenatal ke dokter atau bidan, kapan mulai gerakan anak, kapan imunisasi TT, pengobatan yang dilakukan (Neville F. Hacker, 2001 : 18).
Riwayat seksual
Pola hubungan, sering atau jarang melakukan.
Riwayat ginekologi
Klien pernah menderita penyakit yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan seperti kehamilan ektopik, kehamilan tuba, molahidatidosa, distosia karena kelainan tenaga dan gangguan dalam kala III persalinan, dan lain-lain (Neville F. Hacker, 2001 : 18).
Riwayat kontrasepsi
Jenis kontrasepsi, lamanya, keluhan (Neville F. Hacker, 2001 : 17).
Riwayat penyakit yang pernah dialami
Jantung, paru-paru, ginjal, hepatitis, hipertensi, DM, epilepsi, operasi dan lain-lain (Yoseph Tueng, 1996 : 14).
Riwayat penyakit yang pernah dialami
DM, asma, cacat bawaan, silsilah dalam keluarga (genogram) (Yoseph Tueng, 1996 : 15).
Riwayat ambulasi
Berapa jam setelah melahirkan
Pemeriksaan fisik
Menurut Helen Farrer (1999 : 231) :
Pemeriksaan umum
Suhu tubuh
Denyut nadi
Tekanan darah
Tanda-tanda anemia
Tanda-tanda oedema/tromboplebitis pada ekstremitas bawah.
Payudara
Puting susu : pecah, pendek, rata
Nyeri tekan
Abses
Pembengkakan atau ASI tidak lancar
Mastitis
Pengeluaran ASI
Perut / uterus
Tinggi fundus uterus
Kontraksi uterus
Ukuran kandung kemih
Perineum
Eritema
Oedema
Pengeluaran lochea
Penjahitan laserasi / luka episiotomi
Haemoroid
Data biologi
Pola nutrisi, eliminasi, ( BAB dan BAK ), istirahat dan tidur, personal higiene di rumah dan di rumah sakit ( Yosep Tueng, 1996 : 17 )
Data penunjang
Pemeriksaan laboratorium :
Urine : protein dan glukosa
Darah : Haemoglobin, glukosa, dan lain-lain
Pemberian therapi oleh dokter
Data Psikologis
Persepsi klien terhadap kelahiran anaknya dan suasana hati atau sikap terhadap kelahiran anaknya (Yoseph Tueng, 1996 : 16)
Data Psikososial
Tinggal dengan siapa saja klien dirumah, suasana hati atau sikap keluarga dengan kelahiran bayi klien, rencana menyusui sendiri atau tidak. (Yoseph Tueng, 1996 : 16)
Menurut Marlynn E. Doenges (2001 : 387), pengkajian perawatan post partum normal disertai IUFD akibat solusio plasenta :
a.     Pengkajian dasar data kilen
Kontinuasi progresif dari dasar data untuk tahap I.V.


b.    Sirkulasi
Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari, perubahan tekanan darah dan nadi, pelambatan pengisian kapiker, kulit pucat dan dingin.
c.     Integritas ego
Peka rangsang, secara emosi labil ; ansietas, takut, syok, tidak percaya depresi.
d.    Eliminasi
Diuresis diantara hari ke-2 dan ke-5
e.     Makanan/Cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ke-3 dan mungkin terjadi status nutrisi ibu buruk.
f.      Nyeri/Ketidak nyamanan
Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi diantara hari ke-3 sampai ke-5 pascapartum
g.     Keamanan
Pemejanan pada agen-agen toiksik/teratogenik, riwayat kejadian traumatik, Abnormalitas plasenta/tali pusat yang terlihat pada kelahiran.


h.    Seksualitas
Uterus 1 cm diatas Umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran, menurun kira-kira 1 lebar jari setiap harinya dan lochea rubra berlanjut sampai hari ke tiga, pada payudara : produksi kolostrum 48 jam pertama, berlanjut pada susu matur, biasanya pada hari ke-3 ; mungkin lebih dini, tergantung kapan menyusui dimulai
Diagnosa Keperawatan
Menurut Merlynn. E. Doenges (2001 : 387), Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien post partum normal disertai IUFD akibat solusio plasenta adalah :
a.     Nyeri, resiko tinggi berhubungan dengan distensi jaringan
b.    Cedera, resiko tinggi berhubungan dengan profil darah abnormal (anemia, sensitivitas rubella, inkompabilitas Rh)
c.     Infeksi, resiko tinggi berhubungan dengan penurunan Hb.
d.    Eliminasi urin, perubahan berhubungan dengan efek-efek hormonal (Perpindahan cairan / peningkatan aliran plasma ginjal)
e.     Kekurangan volume cairan (Kehilangan aktif) berhubungan dengan Vaskular berlebihan.
f.      Kelebihan volume cairan, resiko tinggi berhubungan dengan ketidak tepatan penggantian cairan
g.     Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot (diastasis rekti)
h.    Gangguan pola tidur berhubungan dengan proses persalinan dan kelahiran melelahkan
i.       Perfusi jaringan, perubahan berhubungan dengan Hipovolemia
j.       Ansietas berhubungan dengan krisis situasi
k.    Berduka berhubungan dengan kematian janin
l.       Proses keluarga, perubahan, resiko tinggi terhadap : penampilan peran berhubungan dengan krisis situasi (kematian anak)
Perencanaan
Menurut Marilynn E. Doenges (2001 : 388), perencanaan perawatan pada klien post partum normal  disertai IUFD akibat solusi plasenta :
a.     Nyeri, resiko tinggi terhadap berhubungan dengan distensi jaringan
Kriteria hasil : mengungkapkan hilangnya nyeri dan ketidaknyamanan
Intervensi :
1)   Tentukan karateristik, tipe, lokal, dan durasi nyeri. Kaji klien terhadap nyeri perineal yang menetap, perasaan penuh pada vagina, kontraksi uterus, atau nyeri tekan abdomen.
2)   Kaji kemungkinan penyebab psikologis dari ketidaknyamanan.
3)   Instruksikan klien untuk melakukan teknik relaksasi ; berikan aktivitas hiburan dengan tepat.
4)   Berikan tindakan kenyamanan, seperti pemberian kompres es pada perineum atau lampu pemanas pada penyembuhan episiotomi.
5)   Kolaborasi ; berikan analgesik, narkotik atau sedatif  sesuai indikasi.
Rasional :
1)   Membantu dalam diagnosa banding dan pemilihan metode tindakan, ketidaknyamanan berkenaan dengan hematoma karena tekanan dari hemoragi tersembunyi kevagina atau jaringan perineal
2)   Situasi darurat dapat mencetuskan rasa takut dan ansietas, yang memperberat persepsi ketidaknyamanan.
3)   Pendidikan dengan metode fisiologis dan psikiologis dari kontrol nyeri menurunkan ansietas dan persepsi ketidaknyamanan klien.
4)   Kompres dingin meminimalkan oedema dan menurunkan hematoma serta sensasi nyeri ; panas meningkatkan vasodilatasi, yang memudahkan resorpsi hematoma.
5)   Menurunkan nyeri dan ansietas : meningkatkan relaksasi.
b.    Cedera, resiko tinggi terhadap berhubungan dengan profil darah abnormal (anemia, sensitivitas rubella, inkompabilitas Rh)
Kriteria hasil : mendemonstrasikan perilaku untuk menurunkan faktor-faktor risiko/melindungi diri.
Intervensi :
1)   Tinjau ulang kadar Hb darah dan kehilangan darah pada waktu melahirkan, catat tanda-tanda anemia (misal, kelelahan, pusing, pucat)
2)   Anjurkan ambulasi dan latihan dini kecuali pada klien yang mendapatkan anestesia subaraknoid, yang mungkin tetap berbaring selama 6-8 jam, tanpa penggunaan bantal atau meninggikan kepala, sesuai indikasi protokol dari kembalinya sensasi/kontrol otot.
3)   Bantu klien dengan ambulasi awal. Berikan supervisi yang adekuat pada mandi shower atau rendam duduk. Berikan bel pemanggil dalam jangkauan klien.
4)   Inspeksi ekstremitas bawah terhadap tanda-tanda tromboflebitis (mis., kemerahan, kehangatan, nyeri). Perhatikan ada tanda homan.
5)   Berikan kompres panas lokal ; tingkatkan tirah baring dengan meninggikan tungkai yang sakit.
Rasional :
1)   Anemia atau kehilangan darah memperedisposisikan pada sinkope klien karena ketidakadekuatan pengiriman oksigen ke otak.
2)   Meningkatkan sirkulasi dan aliran balik vena ke ekstremitas bawah, menurunkan resiko pembentukan trombus yang dihubungkan dengan statis. Meskipun posisi rekumben setelah anestesia subaraknoid kontroversial, ini dapat membantu mencegah kebocoran CSS dan sakit kepala berlanjut.
3)   Hipotensi ortostatik mungkin terjadi pada waktu berubah posisi dari terlentang ke berdiri diawal ambulasi, atau mungkin karena vasodilatasi yang disebabkan oleh panas pada waktu rendam duduk.
4)   Peningkatan produk split fibrin (kemungkinan pelepasan dari sisi plasenta), penurunan mobilitas, trauma dan aktivitas berlebihan dari pembekuan darah setelah kelahiran memberikan kecenderungan terjadinya tromboembolisme. Tanda homman mungkin menyertai trombus Vena dalam.
5)   Merangsang sirkulasi dan menurunkan penumpukan pada vena di ekstremitas bawah, menurunkan oedema dan meningkatkan penyembuhan.
c.     Infeksi, resiko tinggi terhadap berhubungan dengan penurunan Hb.
Kriteria hasil : mendemontrasikan teknik-teknik untuk menurunkan resiko/meningkatkan penyembuhan.
Intervensi :
1)   Kaji catatan prenatal dan intrapartal, perhatikan frekuensi pemeriksaan vagina dan komplikasi seperti persalinan lama, hemoragi dan tertahannya plasenta.
2)   Pantau suhu dan nadi dengan rutin ; catat tanda-tanda mengigil, anoreksia, atau malaise.
3)   Kaji lokasi dan kontraksi uterus ; perhatikan perubahan involusional  atau adanya nyeri uterus ekstrem.
4)   Catat jumlah dan bau rabas lochea atau perubahan pada kemajuan normal dari rubra menjadi serosa.
Rasional :
1)   Menbantu mengidentifikasi faktor-faktor resiko yang dapat mengganggu penyembuhan dan atau kemunduran pertumbuhan epitel jaringan endometrium dan memberikan kecenderungan klien terkena infeksi.
2)   Peningkatan suhu sampai 101°F (38,3°C) dalam 24 jam pertama sangat menandakan infeksi ; peningkatan sampai 100,4°F (38,0°C) pada 2 dari 10 hari pertama pascapartum adalah bermakna.
3)   Fundus yang pada awalnya 2 cm dibawah umbilikus, meningkat 1-2 cm/hari (satu buku jari perhari). Kegagalan miometrium untuk involusi pada kecepatan ini atau terjadinya nyeri tekan ekstrem, menandakan kemungkinan tertahannya jaringan plasenta atau infeksi.
4)   Lochea secara normal mempunyai bau amis/daging namun pada edometrium, rabas mungkin purulen dan bau busuk, mungkin gagal untuk menunjukan kemajuan normal dari rubra menjadi serosa sampai alba.
d.    Eliminasi urin, perubahan berhubungan dengan efek-efek hormonal (perpindahan cairan /peningkatan aliran plasma ginjal)
Kriteria hasil : Berkemih tidak dibantu dalam 6-8 jam setelah kelahiran .
Intervensi :
1)   Kaji masukan cairan dan haluaran urin terakhir. catat masukan cairan intrapartal dan haluaran urin dan lamanya persalinan.
2)   Palpasi kandung kemih, pantau tinggi fundus dan lokasi, serta jumlah aliran lochea.
3)   Perhatikan adanya edema atau laserasi/episiotomi, dan jenis anestesia yang digunakan.
4)   Anjurkan berkemih dalam 6-8 jam pascapartum, dan setiap 4 jam setelahnya. Bila kondisi memungkinkan, biarkan klien berjalan ke kamar mandi.
5)   Instruksikan klien untuk melakukan latihan kegel setiap hari setelah efek-efek anestesia berkurang.
6)   anjurkan minum dari 6 sampai 8 gelas cairan perhari
7)   kaji tanda-tanda ISK (mis., rasa terbakar pada saat berkemih, peningkatan frekuensi, urin keruh)
Rasional :
1)   pada periode pascapartal awal, kira-kira 4 Kg cairan hilang melalui haluaran urin dan kehilangan tidak kasat mata, termasuk diaforesis. Persalinan yang lama dan penggantian cairan yang tidak efektif dapat mengakibatkan dehidrasi dan menurunkan haluaran urin.
2)   Aliran plasma ginjal, yang meningkatkan 25%-50% selama periode pranatal, tetap tinggi pada minggu pertama pada pascapartum, mengakibatkan peningkatan pengisian kandung kemih. Distensi kandung kemih, yang dapat dikaji dengan derajat perubahan posisi uterus menyebabkan peningkatan relaksasi uterus dan aliran lochea.
3)   Trauma kandung kemih atau uretra, oedema, dapat mengganggu berkemih ; anestesia dapat mengganggu sensasi penuh pada kandung kemih
4)   Variasi intervensi keperawatan mungkin perlu untuk merangsang atau memudahkan berkemih. Kandung kemih yang penuh menggangu motilitas dan involusi uterus, dan meningkatkan aliran lochea. Distensi berkemih kandung kemih dalam waktu lama dapat merusak dinding kandung kemih dan mengakibatkan atoni.
5)   Lakukan latihan kegel 100 x/hari meningkatkan sirkulasi pada perineum, membantu menyembuhan dan memulihkan tonus otot pubokok sigeal.
6)   Membantu mencegah statis dan dehidrasi serta mengganti cairan yang hilang waktu melahirkan.
7)   statis, higiene buruk dan masuknya bakteri dapat mamberi kecenderungan klien terkena ISK.
e.     Kekurangan Volume cairan (kehilangan aktif) berhubungan dengan kehilangan vaskular berlebihan
Kriteria hasil : Mendemonstrasikan stabilitas atau perbaikan dalam keseimbangan cairan dibuktikan oleh tanda vital stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium tepat, dan haluaran urin individual dan berat jenis adekuat
Intervensi :
1)   Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan, perhatikan faktor-faktor penyebab atau pemberat pada situasi hemoragi (mis. Laserasi abrupsio plasenta)
2)   Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi perdarahan ; timbang dan hitung pembalut ; simpan bekuan dan jaringan untuk dievaluasi oleh dokter
3)   Perhatikan hipotensi atau takikardia, pelambatan pengisian kapiler, atau sianosis dasar kuku, membran mukosa dan bibir.
4)   Lakukan tirah baring dengan kaki ditinggikan 20 sampai 30 derajat dan tubuh horizontal.
5)   Kolaborasi atas pemberian pemberian infus 1 atau 2 IV dari cairan isotonik atau elektronik dengan kateter 186 atau melalui jalur vena sentral. Berikan darah lengkap atau produk darah.
6)   Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi : Hb dan Ht
Rasional :
1)   Membantu dalam membuat rencana perawatan yang tepat dan memberikan kesempatan untuk mencegah atau membatasi terjadinya komplikasi.
2)   Perkiraan kehilangan darah, arteria versus vena, dan adanya bekuan-bekuan membantu membuat diagnosa banding dan menentukan kebutuhan.
3)   Tanda ini menunjukkan hipovolemik dan terjadinya syok.
4)   Perdarahan dapat menurunkan dan menghentikan reduksi aktivitas, pengubahan posisi yang tepat meningkatkan aliran balik vena, menjamin persedian darah ke otak dan organ vital lainnya lebih besar.
5)   Perlu untuk infus cepat atau multipel dari cairan atau produk darah untuk meningkatkan volume sirkulasi dan mencegah pembekuan.
6)   Menbantu dalam menentukan jumlah kehilangan darah. Setiap ml darah membawa 0,5 mgHb. 
f.      Kelebihan volume cairan, Risiko tinggi terhadap berhubungan dengan ketidaktepatan penggantian cairan.
Kriteria hasil : Menunjukkan TD, nadi, dan berat jenis urin, serta tanda neurologis dalam batas normal, tanpa kesulitan pernapasan.

Intervensi :
1)   Pantau adanya peningkatan TD dan nadi ; perhatikan pernapasan terhadap tanda dispnea, stridor, dan ronchi.
2)   Pantau frekuensi infus secara manual atau elektrolit. Catat masukan atau haluaran. Ukur berat jenis urin.
3)   Kaji status neurologis, perhatikan perubahan perilaku dan peningkatan iritabilitas.
4)   Pantau kadar Ht
Rasional :
1)   Bila penggantian cairan berlebihan, gejala-gejala kelebihan beban sirkulasi dan kesulitan pernapasan (mis,. Oedema paru) dapat terjadi.
2)   Masukan harus kurang lebih sama dengan haluaran dengan kadar cairan stabil.
3)   Perubahan perilaku mungkin tanda awal dari oedema serebral karena retensi cairan.
4)   Bila volume plasma membaik, kadar Ht menurun.
g.     Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot (diastasis rekti)
Kriteria hasil : melakukan kembali kebiasaan defekasi yang biasanya atau optimal dalam 4 hari setelah lahir.


Intervensi :
1)   Auskultasi adanya bising usus ; perhatikan kebiasaan pengosongan normal atau diastasis rekti.
2)   Berikan informasi diet yang tepat tentang pentingnya makanan kasar, peningkatan cairan, dan upaya untuk membuat pola pengosongan normal
3)   Anjurkan peningkatan tingkat aktifitas dan ambulasi, sesuai toleransi.
4)   Kolaborasi dengan dokter atas pemberian laksatif feses, supositoria, atau enema
Rasional :
1)   Mengevaluasi fungsi usus. Adanya diastasis rekti berat (pemisahan dari dua otot rektus sepanjang garis median dari dinding abdomen) menurunkan tonus otot abdomen yang diperlukan untuk upaya mengejan selama pengosongan.
2)   Makanan kasar (mis., buah-buahan dan sayuran, khususnya dengan biji dan kulit) dan peningkatan cairan menghasilkan bulk dan merangsang eliminasi
3)   Membantu meningkatkan peristaltik gastro intestinal
4)   Mungkin perlu untuk meningkatkan kembali kebiasaan defekasi normal dan mencegah mengejan atau stres perinal selama pengosongan.
h.    Gangguan pola tidur berhubungan dengan proses persalinan dan kelahiran melelahkan.
Kriteria hasil : melaporkan peningkatan rasa sejahtera dan istirahat
Intervensi :
1)   Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat. Catat lama persalinan dan jenis kelahiran
2)   Kaji faktor-faktor ; bila ada, yang mempengaruhi istirahat.
3)   Kolaborasi dengan dokter atas pemberian obat-obatan (mis., analgesik)
Rasional :
1)   Persalinan atau kelahiran yang lama dan sulit, khususnya bila ini terjadi malam, meningkatkan tingkat kelelahan.
2)   Membantu meningkatkan istirahat, tidur, dan relaksasi serta menurunkan rangsang.
3)   Mungkin diperlukan untuk meningkatkan relaksasi dan tidur sesuai kebutuhan.
i.       Perfusi jaringan, perubahan berhubungan dengan hipovolemia
Kriteria hasil : menunjukan TD, nadi, gas darah arteri, dan Hb/Ht dalam batas normal.
Intervensi :
1)   Perhatikan Hb / Ht sebelum dan setelah kehilangan darah. Kaji status nutrisi, tinggi dan berat badan.
2)   Pantau tanda vital. Catat derajat dan durasi episode hipovolemik
3)   Perhatikan tingkat kesadaran dan adanya perubahan prilaku
4)   Kaji warna dasar kuku, mukosa mulut, gusi, dan lidah : perhatikan suhu kulit.
Rasional :
1)   Nilai bandingan membantu menentukan beratnya kehilangan darah.
2)   Luasnya keterlibatan hipofisis dapat dihubungkan dengan derajat dan durasi hipotensi
3)   Perubahan sensorium adalah indikator dini dari hipoksia
4)   Pada kompensasi vasokontriksi an pirau organ vital, sirkulasi pada pembuluh darah perifer diturunkan, yang mengakibatkan sianosis dan suhu kulit dingin
j.       Ansietas berhubungan dengan krisis situasi
Kriteria hasil : mengungkapkan kesadaran terhadap perasaan dan penyebab ansietas serta dapat mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan.
Intervensi :
Evaluasi respon psikologis serta persepsi klien terhadap kejadian hemoragi pascapartum. Klarifikasi kesalahan konsep.
Evaluasi respon fisiologis pada hemoragi pascapatum : mis., takikardia, takipnea, gelisah, atau iritabilitas.
Sampaikan sikap tenang, empati dan mendukung
Berikan informasi tentang modalitas tindakan dan keefektifan intervensi.
Rasional :
1)   Membantu dalam membentuk rencana perawatan. Persepsi klien tentang kejadian mungkin menyimpang, memperberat ansietasnya.
2)   Meskipun perubahan pada tanda vital mungkin karena respon fisiologis, ini dapat diperberat atau dikomplikasi oleh faktor-faktor psikologis
3)   Dapat membantu klien mempertahankan kontrol emosional dalam berespon terhadap perubahan status fisiologis. Membantu dalam menurunkan transmisi ansietas antar pribadi
4)   Informasi akurat dapat menurunkan ansietas dan ketakutan yang diakibatkan oleh ketidaktahuan.
k.    Berduka berhubungan dengan kematian janin
Kriteria hasil : mengungkapkan tahap proses berduka yang dialami.
Intervensi :
1)   Beri kode pada grafik pasien, pintu ruangan, dan atau kepala tempat tidur sesuai indikasi
2)   Berikan ruangan pribadi bila klien menginginkanya dengan kontak yang sering oleh perawat. Anjurkan kunjungan tidak terbatas oleh keluarga dan teman.
3)   Kaji pengetahuan klien atau pasangan dan interpretasi terhadap kejadian sekitar kematian janin atau bayi. Berikan informasi dan perbaiki kesalahan konsep berdasarkan kesiapan pasangan dan kemampuan untuk mendengarkan secara efektif
4)   Perhatikan pola komunikasi antar anggota pasangan dan sistem pendukung.
Rasional :
1)   Mewaspadakan staf rumah sakit dan sukarelawan sehingga mereka menyadari kehilangan pasien
2)   Tempat dimana keluarga dan teman dapat bicara dan menangis tanpa pembatasan meningkatkan ventilasi perasaan dan rasa kekeluargaan
3)   Sering, setelah kematian anak, orang tua berespon syok, menyangkal, atau tidak percaya. Reaksi ini dapat menyembunyikan kamampuan pasangan untuk memproses informasi dan menginterpretasi kejadian bermakna
4)   Pada banyak kasus, marah dan rasa bersalah dapat saling ditunjukkan. Marah dapat berasal dari rasa takut kehilangan anak yang lain atau ancaman harga diri.
l.       Proses keluarga, perubahan, resiko tinggi terhadap ; penampilan peran berhubungan dengan krisis situasi (kematian anak).
Kriteria hasil : mengekspresikan perasaan yang tepat dan sesuai.
Intervensi :
1)   Evaluasi situasi keluarga saat ini dan status psikososial (mis.,anak lain, keluarga besar, sistem pendukung)
2)   Tinjau ulang kekuatan keluarga, sumber-sumber dan keterampilan koping.
3)   Anjurkan diskusi perasaan dan dengarkan isyarat verbal yang menunjukan perasaan kegagalan, rasa bersalah, atau marah. Diskusikan kenormalan perasaan.
4)   Berikan klien pilihan aktivitas sederhana, dengan kesempatan untuk melakukan lebih banyak sesuai kemajuannya.
Rasional :
1)   Anggota keluarga mungkin memberikan dukungan satu sama lain. Ketidakyakinan, marah, dan menyangkal, bagaimanapun dapat secara temporer merusak keterampilan menjadi orang tua, dan anak lain mungkin diabaikan atau diperlakukan berbeda dari yang dilakukan sebelum kematian bayi.
2)   Anggota keluarga mungkin depresi, merasa sangat tidak adekuat, dan mungkin perlu untuk meninjau apa yang telah terjadi dan apa tujuan mereka dalam hidup.
3)   Mengungkapkan perasaan dapat mentriger pengenalan terhadap penyebabnya dan dapat digunakan untuk memastikan dapat diterimanya perasaan ini.
4)   Klien perlu untuk menerima pesan bahwa ia terlihat berfungsi, individu yang mampu meskipun ia mungkin tidak merasa kompeten.
Implementasi
Menurut Nursalam (2001 :  63), tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing oders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan , pencegahan penyakit,pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
Evaluasi
Menurut Ni Luh Gede (1996 : 10), evaluasi mencakup semua tahap dalam proses keperawatan, mulai dari tahap pengkajian, tahap penegakan diagnosa,  tahap  perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi itu sendiri.
Evaluasi dapat terbagi menjadi dua jenis yaitu :
a.     Evaluasi Berjalan
Evaluasi jenis ini dikerjakan dalam bentuk pengisian format catatan perkembangan dengan berorientasi kepada masalah yang dialami oleh pasien.
b.    Evaluasi Akhir
Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara membandingkan antara tujuan yang akan dicapai dengan hasil nyata yang dicapai. Bila terdapat kesenjangan diantara keduanya, mungkin semua tahap dalam proses keperawatan perlu ditinjau kembali, agar didapat data-data, masalah atau rencana yang perlu dimodifikasi.
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

Tinjauan Kasus

Pengkajian
Biodata
Nama                          : Ny. S
Umur                          : 30 Tahun
Alamat                        : Cikarang Barat, Bekasi
                                     Bekasi
Pekerjaan                   : Ibu Rumah Tangga
Agama                        : Islam
Pendidikan                 : SD
No. Reg.                     : 356653
Dx. Medis                  : Post Partum Spontan
Tanggal Masuk          : 25 Juli 2004
Tanggal Pengkajian   : 26 Juli 2004
Dr. Penanggung Jawab     : Dr. M
Nama Suami              : Tn. J

40
Umur                                    : 35 Tahun.
Pekerjaan                   : Pedagang
Alamat Pekerjaan      : Cikarang Barat, Bekasi
                                     Bekasi
Agama                        : Islam
Pendidikan                 : SD
Alamat                        : Cikarang Barat, Bekasi
                                Bekasi
Riwayat Kesehatan
Pada tanggal 25 Juli 2004 klien mulai merasakan mules disertai keluar darah pervaginam yang terus menerus dengan disertai rasa nyeri kemudian dibawah ke Bidan terdekat, karena bidan tidak bisa menangani maka klien dibawa ke RSUD Bekasi dan pada pada pukul 21.00 WIB klien menjalani persalinan pervaginam.
Keluhan Utama : Pusing
Klien mengeluh pusing yang disebabkan karena adanya gangguan perfusi jaringan akibat dari perdarahan Solusio plasenta, keluhan pusing akan bertambah berat jika klien banyak beraktivitas, dan pusing akan berkurang jika klien beristirahat dengan posisi terlentang dimana kepala tidak diberi bantalan dan kaki sedikit ditinggikan dengan diberi bantalan. Pusing dirasakan seperti tertimpa benda berat yang mana pusing dirasakan pada daerah kepala dan tidak menyebar ke organ bagian lainnya. pusing dirasakan terus menerus dengan skala pusing 3.
Keluhan Waktu di Data
Klien mengeluh lemas
Klien mengatakan sedih atas meninggalnya bayi yang baru dilahirkan
Riwayat Obstetri
Riwayat menstruasi
Klien pertama haid umur 13 tahun dengan siklus 28 hari, dan lamanya haid 7 hari, dimana darah haid yang keluar banyak dan tidak ada keluhan dismenore selama menstruasi.
Riwayat perkawinan
Klien menikah pada umur 14 tahun, dengan usia perkawinan 15 tahun yang berlangsung hingga sekarang, klien menikah sekali selama hidupnya.
Riwayat persalinan
No.
Nama
Umur
J.Kelamin
Penolong
Ket
1
2
3
4
5
An. T
An. K
An. S
An. Y
By. J
12 th.
9 th.
5 th.
1 th.
-
P
L
L
L
L
Dukun
Dukun
Dukun
Dukun
Bidan
Hidup
Hidup
Hidup
Hidup
Meninggal
Riwayat kehamilan saat ini
HPHT 16  November 2003  dan  tafsiran  persalinan 23 Agustus 2004,
menurut keterangan, klien memeriksakan kandungannya ke bidan dan pergerakan janin dirasakan saat kandungan berusia 4 bulan, klien tidak pernah diimunisasi TT pada kehamilannya yang sekarang.
Riwayat ginekologi
Sebelumnya klien tidak pernah menderita penyakit yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan.
Riwayat seksual
Menurut hasil pengkajian klien mengatakan sering melakukan hubungan seksual dengan suaminya 2 kali dalam satu bulan dimana saat usia kehamilan tuapun masih melakukan hubungan seksual.
Riwayat kontrasepsi
Sebelumnya klien pernah mengikuti KB dengan menggunakan alat kontrasepsi jenis suntik 3 bulan namun sudah tidak lagi saat punya anak keempat dan sampai sekarang.
Riwayat penyakit yang pernah dialami
Klien  mengatakan  tidak  pernah  menderita  penyakit  seperti jantung, paru - paru,  dan  penyakit  berat  lainnya  dan  juga  klien tidak pernah
menderita penyakit menular dan penyakit turunan.
Riwayat penyakit keluarga
Menurut  keterangan  bahwa  dikeluarganya  tidak  ada yang menderita
penyakit berat, penyakit keturunan dan penyakit menular lainnya.
Genogram :






Keterangan :





Pemeriksaan Fisik
Tanda – tanda Vital
TD = 100/70 mmHg             R = 28 x/mnt
N   = 120 x / mnt                   S   = 37oC          
Keadaan Umum
Kesadaran compos mentis dengan nilai GCS 15 dan keadaan klien tampak lemah dan kotor
Kepala
Bentuk kepala simetris, keadaan kulit kepala bersih, persebaran rambut merata dengan warna hitam, tidak terdapat peradangan dan tidak terdapat nyeri tekan.
Mata
Bentuk kanan dan kiri simetris, pupil isokor, sklera anikhterik, konjungtiva anemis, adanya reflek cahaya pada pupil dengan pupil mengalami miosis, bola mata klien dapat mengikuti pergerakan jari perawat, fungsi penglihatan normal yaitu klien dapat membaca papan nama perawat dalam jarak + 30 cm.
Hidung
Bentuk hidung simetris, tidak terdapat peradangan dan nyeri tekan, fungsi penciuman normal yaitu klien dapat mencium bau minyak kayu putih pada lubang hidung kanan dan kiri.
Telinga
Bentuk  kanan  dan  kiri  simetris,  tidak terdapat peradangan dan nyeri
tekan, tidak terdapat penumpukan serumen, fungsi normal yaitu dapat mendengarkan detik jarum jam.
Mulut dan Tenggorokan
Bentuk bibir simetris, warna  bibir pucat, jumlah gigi lengkap, tidak terdapat stomatitis, tidak terdapat pembesaran tonsil, uvula dapat bergetar saat mengucapkan “ah”, fungsi pengecapan normal dapat merasakan rasa asin dan manis.
Leher
Bentuk simeteris, tidak terdapat nyeri tekan dan peradangan, pergerakan leher leluasa kekanan dan kiri, tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada bendungan vena jugularis.
Buah Dada
Keadaan payudara agak lembek, tidak terdapat nyeri tekan dan benjolan pada mamae, keadaan puting susu menonjol dengan warna areola mamae hitam kecoklatan dan colostrum belum keluar.
Dada
Bentuk dada  simetris, warna kulit sama dengan sekitarnya, pergerakan dada simetris saat inspirasi dan ekspirasi, tidak terdapat retraksi interkosta, tidak terdapat lesi, benjolan, dan peradangan, tidak terdapat nyeri tekan pada dada kanan dan kiri, serta pada perkusi dada terdapat bunyi resonance.
a)    Jantung
Pada perkusi jantung terdapat bunyi dulness, pada auskultasi terdapat bunyi jantung lup/dup, irama jantung reguler dengan frekuensi denyut jantung 120 x/ menit.
b)   Paru-paru
Pada perkusi terdapat bunyi resonance pada seluruh lapang paru, pada auskultasi terdapat bunyi nafas vesikuler dengan frekuensi respirasi 28 x/ menit
Abdomen
Bentuk perut cembung dengan kontur agak lembek, tinggi fundus uteri 1 cm di bawah pusat, pada pemeriksaan recti abdomen (-), saat diperkusi terdapat bunyi dulness pada hati, bunyi tympani pada lambung, dan terdapat bising usus 8 x/menit.
Extremitas
Superior         =       Bentuk tangan kanan dan kiri simetris, tidak terdapat peradangan dan nyeri tekan, tidak terdapat oedema, pada tangan kanan terpasang infus RL 20 tetes/menit dan pergerakan tangan leluasa, ukuran  LILA 33 cm.
Inferior =       Bentuk kaki kanan dan kiri simetris, tidak terdapat peradangan dan nyeri tekan, tidak terdapat oedema, reflek babinzki (-), reflek patela (+) dan pergerakan ekstremitas leluasa dengan kekuatan otot :


Genetalia dan Rectum
Bentuk genetalia tidak ada kelainan, tidak terdapat oedema pada vagina, tidak terpasang kateter, terdapat pendarahan pervaginam (nifas) dengan jumlah darah + 250 cc seperti saat menstruasi, terdapat darah lochea rubra berwarna merah, tidak terdapat ruptur perineum ataupun luka epistomi, dan tidak terdapat peradangan pada vagina dan rectum
Integumen
Warna kulit tampak pucat dan sering keluar keringat dingin, tidak terdapat eritema dan gatal-gatal pada kulit dan tidak terdapat peradangan.



Data Biologis
No.
Kebiasaan Sehari-hari
Sebelum Sakit
Selama Sakit
(1)
(2)
(3)
(4)
1
Pola Nutrisi
·    Makan:
- Jenis
- Frekuensi
- Porsi
- Selera
- Pantangan
- Masalah
·    Minum:
- Jenis
- Frekuensi
- Jumlah
- Problem


Nasi, sayur, lauk
3 x / hari
1 porsi
baik
-
-

air putih
8 gelas/hari
2000 cc
-


Nasi, sayur, lauk
3 x / hari
3/4 porsi
Sedang
-
-

air putih
6-7 gelas/hari
1500-2000 cc
-
2
Pola eliminasi
·       BAB : - Frekuensi
- Warna
- Bau
- Konsistensi
- Masalah
·       BAK : - Frekuensi
- Warna
- Bau
- Problem

1 x / hari
Kuning trengguli
Khas
Lembek
-
6 x / hari
Kuning jernih
-
-

1 x / hari
Kuning trengguli
Khas
Lembek
-
5-6 x / hari
Kuning pekat
Amoniak
-
3
Pola Istirahat Tidur
·    Tidur Malam
·    Tidur Siang
·    Kebiasaan tidur
·    Masalah

Jam 21.00-05.00
1 jam
Tidak teratur
-

Jam 20.00-06.00
1 jam
Tidak teratur
-
(1)
(2)
(3)
(4)
4
Pola Personal Hygiene
·    Mandi
·    Keramas
·    Gosok Gigi
·    Ganti Baju
·    Potong Kuku

1 x / hari
2 x / minggu
2 x / hari
2 x / hari
1 x / minggu

1 x/hr. dilap
-
1x/hari kumur
1 x / hari
-
5
Pola Aktivitas
Aktivitas dilakukan secara mandiri
Aktivitas dibantu oleh keluarga.

Data Sosial
Klien seorang ibu rumah tangga yang berpendidikan SD, klien dapat berinteraksi dengan tetangga dan masyarakat sekitar, dan di rumah sakit klien dapat berinteraksi dengan perawat maupun petugas kesehatan lainnya dan dengan sesama klien lainnya.
Data Psikososial
Klien tampak sedih dengan mimik muka yang murung dan sering melamun, klien lebih banyak diam dan hanya akan bicara jika ditanya, klien mengatakan ia berharap segera bisa melupakan bayinya yang meninggal.
Data Spiritual
Klien mengatakan rajin melaksanakan sholat saat di rumah, namun saat ini klien tidak pernah melaksnaakan sholat karena mengalami nifas. Klien mengatakan rajin berdoa untuk kesembuhannya agar dapat segera berkumpul kembali dengan keluarga.
Data Penunjang
Tabel 3.1. Hasil laboratarium tanggal 28 Juli 2004
No.
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Angka (N)
Interprestasi
1
Haemoglobin
6%
12-14
Ab. Normal

Tabel 3.2. Theraphy
No.
Tanggal
Jenis Obat
Dosis
Cara Pemberian
1.
2.
26-07-2004
26-07-2004
26-07-2004
26-07-2004
Topgesic
Organon
Amoxan
Survon T
3 x 1
3 x 1
3 x 1
1 x 1
Oral
Oral
Oral
Oral

Analisa Data
No.
Data Senjang
Etiologi
Problem
(1)
(2)
(3)
(4)
1.
DS:




DO:
-  Klien mengeluh kepala pusing.
-  Klien mengeluh pusing bertambah jika banyak beraktivitas.
-  Klien tampak meringis sambil memegang kepala
-  Skala pusing 3
Pendarahan ® HB rendah ® Mengikat O2 tidak adekuat ® Anemia ® Suplai O2 kejaringan tidak adekuat ® Hipoxia ® Iskemia
Ganguan perfusi jaringan
(1)
(2)
(3)
(4)


-  HB rendah 6 gr.
-  Nadi 120 x / mnt
-  Respirasi 28 x / mnt
-  Konjungtiva anemis
-  Bibir tampak pucat
-  Kulit tampak pucat
-  Keluar keringat dingin
jaringan ® meta-bolisme an aerob ® peningkatan asam laktat ® pusing kepala

2
DS:


DO:


-  Klien mengeluh lemas
-  Klien memita bantuan jika beraktivitas
-  Klien tampak lemah
-  Aktivitas dibantu oleh keluarga
-  Klien mengeluh pusing jika beraktivitas seperti bolak-balik ke WC.
-  Kekuatan otot :

-  Hb : rendah 6 gr
Perdarahan ® HB rendah ® Anemia ® Suplai O2 kejaringan tidak adekuat ® Hipoxia ® Iskemia jaringan ® meta-bolisme an aerob® kalori kurang ® klien lemah.

Gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas.
3
DS:



DO:

-  Klien mengatakan keluar darah pervaginam dalam jumlah yang cukup banyak + 2 soptek/hari
-  Terdapat lochea rubra
-  Darah berbau amis
Masa Nifas ® Terdapat lochea rubra di vagina ® media yang nyaman untuk kuman berkembang biak ® potensial infeksi.
Potensial terjadinya infeksi
4
DS:



-  Klien mengatakan sangat sedih sekali atas meninggalnya bayi yang baru dilahirkan
Proses kehilangan orang yang dicintai (bayinya)

Tidak efektifnya mekanisme koping
(1)
(2)
(3)
(4)

DO:
-  Klien tampak sering murung dan melamun
-  Klien lebih banyak diam dan hanya akan bicara jika ditanya
-  Klien tampak lemah

individu

Diagnosa Keperawatan
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen ke jaringan otak tidak adekuat yag ditandai dengan Klien mengeluh kepala pusing, Klien mengeluh pusing semakin bertambah jika banyak beraktivitas, Klien tampak meringis sambil memegang kepala, Skala pusing 3, HB rendah 6 gr, Nadi 120 x / mnt, respirasi 8 x / mnt, Konjungtiva anemis, Bibir tampak pucat, Kulit tampak pucat, dan Keluar keringat dingin.
Gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan pusing yang ditandai dengan Klien tampak lemah, Aktivitas dibantu oleh keluarga, Klien mengeluh pusing jika beraktivitas seperti bolak-balik ke kamar mandi, Kekuatan otot :


 


Tidak efektifnya mekanisme koping individu berhubungan dengan proses kehilangan orang yang dicintai (bayinya) yang ditandai dengan klien mengatakan sangat sedih sekali atas meninggalnya orang yang dicintainya (bayinya) yang baru dilahirkan, klien tampak sering murung dan melamun, klien terlihat lebih banyak diam dan hanya akan bicara jika ditanya, klien tampak lemah.
Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan masa nifas yang ditandai dengan keluar darah pervaginam dalam jumlah yang cukup banyak + 2 soptek/hari, terdapat lokea rubra dan darah berbau amis.



BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Asuhan keperawatan yang penulis berikan kepada Ny. S dengan diagnosa post partum normal G5P5A0 disertai IUFD akibat solusio plasenta hari ke dua diruang IV RSUD Bekasi dilaksanakan pada tanggal 26 Juli 2004 dengan dilandasi oleh keikhlasan dan kesungguhan hati dalam memberikan asuhan keperawatan secara langsung dan komprehensif meliputi aspek bio-pisikososial dan spiritual yang bertujuan untuk mensejahterakan dan memandirikan klien dan keluarga klien yang berpedoman kepada standar asuhan keperawatan berdasarkan etika dan etiket keperawatan. Dari hasil penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis dapat mengambil kesimpulan diantaranya :

77
Periode post partum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali pada keadaan tidak hamil dan penyesuaian terhadap penambahan keluarga baru (Persis Mary Hamilton, 1998 : 281). Dimana periode post partum merupakan suatu periode yang memasuki masa kritis bagi ibu post partum sehingga pada periode ini dipertimbangkan sebagai periode berbahaya dan akan lebih berbahaya dan mengancam jiwa ibu pada kondisi post partum normal yang disertai adanya penyulit saat persalinan seperti perdarahan antepartum (solusio plasenta), dengan insiden kejadian sekitar 3% sampai 4% dari semua persalinan dan dari medical record RSUD Bekasi ditemukan 1 jiwa dari 467 persalinan normal pada bulan Juli 2004. Dan pada karya tulis ilmiah ini, penulis mengangkat kasus ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Post Partum Normal G5P5Adisertai IUEPD akibat solusio plasenta hari ke dua di ruang IV RSUD Bekasi.
Solusio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal terlepas dari perlekatannya sebelum waktunya pada kehamilan trimester ke tiga, yang dapat mengakibatkan kematian janin dalam 1 per 500 persalinan. Dimana solusio plasenta ini disebebkan oleh beberapa faktor yaitu : faktor vaskuler, faktor trauma, faktor paritas dan pengaruh lain seperti anemia dan malnutrisi. Solusio plasenta dibedakan menjadi tiga yaitu solusio plasenta parsialis, solusio plasenta totalis dan prolapsus plasenta. Pada solusio plasenta gambaran klinik yang  ada tergantung dari beberapa bagian plasenta yang terlepas namun gambaran klinik yang sering dialami pada ibu dengan solusio plasenta yaitu timbulnya perdarahan dengan rasa sakit dan perut terasa tegang sehingga menimbulkan komplikasi pada ibu dan kematian pada janin. Dan untuk dapat menegakan diagnosa solusio plasenta dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu anamnesa, pemeriksaan seperti pemeriksaan khususnya pada abdomen, pemeriksaan penunjang dijumpai perdarahan antara plasenta dan dinding abdomen pada ultrasonografi. Pada solusio plasenta dapat menimbulkan komplikasi pada ibu dan janin, dan untuk penatalaksanaannya disesuaikan berdasarkan tingkatannya yaitu solusio plasenta ringan, sedang dan berat dan solusio plasenta berat dapat dilakukan sectio sesarea.
Pada pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. S dengan post partum normal disertai IUFD akibat solusio plasenta, penulis membagi menjadi lima tahap proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Dimana pelaksanaan asuahan keperawatan pada kasus Ny. S dilakukan secara komprehensif meliputi aspek bio-psikososial dan spiritual dengan pendekatan proses keperawatan. Adapun diagnosa keperawatan pada Ny.S yang muncul adalah :
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen ke jaringan otak tidak adekuat.
Gangguan pemenuhan kebutuhan aktifitas berhubungan dengan kelemahan dan pusing.
Tidak efektifnya mekanisme koping individu berhubungan dengan proses berduka kehilangan orang yang dicintai (bayinya)
Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan masa nifas.

 

Saran

1.    Akademi
Kepada pihak pendidikan di harapkan untuk membekali mahasiswanya dengan pengetahuan dan keterampilan agar dalam menghadapi PBL lebih dipersiapkan lagi sehingga untuk pembimbing PBL  untuk bisa mengaktifkan tehnik bed side teaching, bimbingan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan maternitas, juga lebih diperhatikan lagi dalam penyediaan buku-buku sumber yang ada diperpustakaan..
2.    Rumah Sakit
Kepada   pihak  Rumah   Sakit   diharapkan  lebih   teliti   lagi   dalam
pendokumentasian atau pengarsipan data-data yang berhubungan dengan klien yaitu data hasil laboratorium (HB) sementara pemeriksaan di lakukan untuk dapat mengetahui kondisi perkembangan klien.
3.    Klien dan Keluarga
 Kepada   pihak    keluarga    hendaknya    tetap    ikut    terlibat   dalam
kesehatan yang terjadi pada klien sehingga dapat membantu perawat dalam merencanakan dan melaksanakan asuhan keperawatan.

4.    Mahasiswa
Mahasiswa harus dapat mengaplikasikan antara  teori dan praktek dalam PBL dan PBK sehingga dalam mengahadapi ujian PBK agar tidak terlalu sulit karena sudah dipersiapkan lebih matang.




4. Dokumentasi Tahap Implementasi

Nama         : Ny. S                                    No. Reg     :  356653
Umur         : 30 Tahun                    Diagnosa   :  Post Partum Spontan

No.
Tanggal
Dx.

Kep

Waktu

Implementasi

Paraf
1
2
3
4

5
6
1
26-07-04
I
09.00
WIB

09.10
WIB

10.00
WIB


10.20
WIB
T1:
R1:

T2:
R2:

T3:

R3:

T4:

Mengobservasi tanda - tanda vital
TD: 100/70 MmHg R:8 x/mnt
N: 120 x/Mnt S:  37oC
Mengkaji tingkat pusing klien
Klien mengatakan pusing dengan skala 3
Mengatur posisi yang nyaman dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki
Klien mau melakukan dan klien lebih nyaman
Menganjurkan melakukan teknik relaksasi dengan tarik nafas dalam setiap 1 jam 5 kali


Winda


Winda


Winda




R4:


Klien mau melakukannya sebanyak 5 kali dan klien mengatakan pusing sedikit berkurang.
Winda



09.30
WIB
T5:

R5:
Memberikan transfusi darah 1 labu atas kolaborasi dengan dokter.
Transfusi terpasang 1 labu



Winda
1
2
3
4

5
6











11.00
WIB

11.00
WIB
T6:

R6:
T7:


R7:
Memberikan obat topgesik 3 x 1 atas kolaborasi dengan dokter.
Klien mengatakan pusing berkurang.
Memberikan obat survon T dengan dosis 1 x 1 atas kolaborasi dengan dokter.
Klien mau minum obat


Winda



Winda
 2









26-07-04












II













09.20
WIB


09.25
WIB



09.30
WIB
T1:

R1:

T2:

R2:


T3:


R3:

Mengkaji tingkat kemampuan aktivitas klien
Klien tidak dapat beraktivitas secara mandiri karena lemas
Mendekatkan barang-barang yang diperlukan klien.
Klien dapat menjangkau barang-barang yang diperlukan sehingga klien dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.
Menganjurkan untuk melakukan mobilisasi fisik secara bertahap dengan miring kanan dan miring kiri
Klien mau menggerakan tubuhnya sedikit demi sedikit




Winda



Winda





Winda
1
2
3
4

5
6







27-07-04






II
11.15
WIB




10.00
WIB
T4:


R4:


T5:


R5:

Melibatkan keluarga untuk membatu aktivitas klien seperti membantu klien BAK di tempat tidur
Keluarga mau membantu aktivitas klien dalam memenuhi kebutuhan klien.
Memberikan HE kepada klien tentang nutrisi bagi tubuh dalam proses membantu pemulihan tenaga
Klien menyimak dan mengerti nutrisi yang baik




Winda





Winda

3
26-07-04
III
08.00
WIB


11.15
WIB
T1:
R1:


T2:


R2:
Membina hubungan saling percaya
Klien mau menerima perawat dengan menjawab pertanyaan yang diajukan ke klien
Mengkaji keadaan psikologis klien dengan mengeksploitasi perasaan klien atas reaksi berduka.
Klien mengatakan sangat sedih sekali dan terkadang klien terlihat murung dan suka melamun.




Winda





Winda
1
2
3
4

5
6



11.45
WIB

T3:

R3:

Menunjukkan rasa berduka dan empati kepada klien atas proses berduka klien
Klien merasa senang karena ada yang perduli dengan keadaan klien.



Winda




11.50
WIB
T4:


R4


Memberikan motivasi untuk bersabar dan menerima kenyataan sebagai cobaan dari Tuhan
Klien mengatakan sedikitnya sudah bisa mengikhlaskan bayinya dan bisa menerima cobaan tuhan dengan tabah





Winda
4


26-07-04


IV
09.00
WIB


09.40
WIB



09.45
WIB
T1:

R1:

T2:
R2:



T3:
R3:
Mengobservasi tanda-tanda vital dan tanda-tanda peradangan
TD: 100/70 x/mnt
S : 37oC
Tidak terdapat tanda-tanda peradangan
Menganjurkan untuk menjaga septik dan antiseptik
Klien selalu mencuci tangan sebelum makan
Melakukan vulva hygiene
Klien mau dilakukan vulva hygiene





Winda


Winda


Winda
1
2
3
4

5
6



10.55
WIB




10.57
WIB
T4:


R4:


T5:

R5:
Menganjurkan untuk selalu membersihkan daerah vagina sehabis BAK maupun BAB
Klien mengatakan selalu cuci bersih vaginanya bila sehabis BAK dari dalam keluar vagina
Menganjurkan untuk mengganti balutan bila dirasa sudah penuh.
Klien selalau mengganti balutan 1 hari 2 kali ganti.





Winda



Winda






















5. Dokumentsi Tahap Evaluasi


Nama         : Ny. S                                              No. Reg     : 356653
Umur         : 30 Tahun                             Diagnosa   : Post Partum Spontan

No
Tanggal
Dx.Kep
Waktu
Evaluasi
Paraf
1
2
3
4
5
6
1
27-07-04
I
12.00
WIB
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen kejaringan otak tidak adekuat teratasi sebagian yang ditandai dengan :
DS: -   Klien mengatakan pusingnya berkurang
-   Klien mengatakan pusing tidak bertambah berat jika beraktivitas.
DO: -   Klien tampak sedikit tenang dan jarang memegang kepala
-   Skala pusing 2
-   Hb darah rendah 6 gr%
-   N = 88 x/mnt
-   Konjugtiva anemis
-   Bibir masih tampak pucat
-   Kulit tampak pucat
-   Keringat dingin berkurang










Winda
2
27-07-04
II
12.00
WIB

Gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan pusing teratasi sebagian ditandai dengan  :
DS:  -  Klien masih mengeluh lemas
-   Klien sedikit dapat beraktivitas mandiri







1
2
3
4
5
6




DO: -  Klien tampak agak segar
-   Aktivitas klien masih dibantu oleh keluarga seperti ke kamar mandi

-   Kekuatan otot :
4         4
4         4



Winda
3
27-07-04
III
12.00
WIB
Tidak efektifnya mekanisme coping individu berhubungan dengan proses berduka atas kematian bayinya teratasi sebagian yang ditandai dengan :
DS: -   Klien mengatakan masih sedih dengan meninggalnya sang bayi.
DO: -   Klien masih tampak murung dan melamun
-   Klien sudah bisa diajak bicara banyak
-   Klien tampak lebih segar.








Winda
4
27-07-04
IV
12.00
WIB
Infeksi tidak terjadi yang ditandai dengan :
DO: -   Tidak terdapat tanda-tanda peradangan
-   Tidak ada perubahan tanda-tanda vital yang berarti
  S: 37oC


Winda





6.Catatan Perkembangan

No
Tanggal
Dx. Kep
Catatan Perkembangan

Paraf

1
2
3

4
5

1

28-7-04


DP. I

S:
O:






A:


P:




I:







E:
R:
Jam 08.00 WIB
Klien mengatakan masih pusing sedikit
-         Klien tampak tenang dan tidak lagi memegang kepalanya.
-         Skala pusing 1
-         Nadi 84 x/menit
-         Konjungtiva anemis sedikit
-         Bibir dan kulit tampak sedikit segar dan berwarna agak terang
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen kejaringan otak tidak adekuat.
-         Kaji tingkat pusing
-         Anjurkan posisi kepala lebih rendah dari kaki.
-         Anjurkan untuk minum obat secara teratur sesuai indikasi.
T1: Mengkaji ulang tingkat pusing
R1: Klien mengatakan masih pusing sedikit
T2: Menganjurkan posisi kepala lebih rendah dari kaki.
R2: Klien mengatakan pusing berkurang
T3: Menganjurkan untuk minum obat secara teratur sesuai indikasi
R3: Klien mengatakan tidak pusing lagi
Gangguan perfusi jaringan teratasi
Intervensi dilanjutkan














Winda
2
28-7-04

DP. II

S:
Jam 08.00 WIB
-         Klien mengatakan masih agak lemas

1
2
3

4
5



O:



A:

P:





I:









E:

R:
-         Klien dapat beraktivitas secara mandiri tanpa bantuan keluarga seperti jalan ke kamar mandi sendiri.
-         Klien tampak lebih segar
Gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas berhubungan dengan kelemahan
-         Kaji ulang tingkat kemampuan aktivitas klien.
-         Anjurkan untuk banyak makan
-         Anjurkan melakukan mobilisasi fisik secara bertahap tanpa menimbulkan kelelahan.
T1:  Mengkaji ulang tingkat memampuan aktivitas klien
R1: Klien mengatakan sudah bisa berjalan sendiri kekamar mandi.
T2:  Menganjurkan melakukan mobilisasi fisik secara bertahap.
R2: Klien mau melakukannya sedikit demi sedikit.
T3:  Menganjurkan untuk banyak makan
R3: Klien mau makan banyak
Gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas teratasi.
Intervensi dilanjutkan.










Winda
3
28-7-04

DP.III

S:

O:


Jam 08.00 WIB
-         Klien mengatakan masih merasa sedih atas meninggalnya sang bayi
-         Klien sudah bisa menerima dan mengikhlaskan bayinya yang meninggal sebagai cobaan dari Tuhan.






1
2
3

4
5




A:


P:

I:

-         Klien sudah bisa diajak bercanda
Tidak efektifnya mekanisme koping individu berhubungan dengan proses berduka atas kematian bayinya.
-         Berikan motivasi untuk tetap tabah dalam menghadapi segala cobaan.
T1: Memberikan motivasi untuk tetap tabah dalam menghadapi segala cobaan
R1: Klien sudah bisa menerima kematian banyinya dengan lapang dada





Winda




E:

R:
Tidak efektifnya mekanisme koping individu teratasi
Intervensi dilanjutkan

4
28-7-04

DP.IV

S:

O:


A:
Jam 08.00 WIB
-         Klien mengatakan tidak mendapati tanda-tanda peradangan
-         Tidak terdapat tanda-tanda peradangan
-         Tidak terdapat peningkatan suhu tubuh
-         S : 37oC
Infeksi tidak terjadi






Winda
1
29-7-04

DP.I


S:

O:



A:
Jam 08.00 WIB.
-         Klien mengatakan tidak lagi merasakan pusing
-         Skala pusing 0
-         Nadi 84 x/menit    TD: 110/70 mmHg Konjungtiva an anemis
-         Kulit dan bibir tampak segar/tidak pucat
Gangguan perfusi jaringan teratasi







Winda
2
29-7-04

DP.II

S:
Jam 08.00 WIB
-    Klien mengatakan sudah tidak lemas lagi


1
2
3

4
5



O:

A:
-         Klien tampak segar
-         Klien dapat beraktivitas mandiri dengan leluasa
Gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas teratasi



Winda
3
29-7-04

DP.III

S:

O:
A:
Jam. 08.00 WIB.
Klien menatakan sudah bisa menerima kematian banyinya dan tidak sedih lagi
Klien terlihat suka bercanda
Tidak efektifnya mekanisme koping individu teratasi



Winda

























B.  Pembahasan

Dalam pembahasan ini, penulis akan membahas tentang perbandingan antara tinjauan teori dengan kenyataan tinjauan kasus  yang ada di lapangan pada Ny. S dengan post partum normal disertai IUFD akibat solusio plasenta di RSUD BEKASI. Dimana selama melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny. S penulis menemukan kesenjangan dalam memberikan asuhan keperawatan antara teori dengan kenyataan di lapangan. Adapun ruang lingkup pembahasan yang penulis uraikan dengan tahapan proses keperawatan meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1.     Pengkajian
Pada tahap pengkajian, penulis tidak banyak menemukan kesenjangan antara teori dengan kenyataan di lapangan, karena pada prinsipnya sama dimana prosedur tindakan yang dilakukan penulis saat melakukan pengkajian sesuai dengan tahapan pengkajian, namun kesenjangan yang ada dapat juga disebabkan dari faktor individu itu sendiri sebagai makhluk yang unik.
Pada proses pengumpulan data penulis tidak menemukan kesenjangan karena klien memberikan data yang valid, begitu juga pada keluhan utama dimana klien mengutarakan segala keluhannya kepada penulis secara terbuka. Untuk riwayat kesehatan sekarang, dahulu dan keluarga, penulis tidak banyak menemukan kesenjangan karena klien dan keluarga telah memberikan informasi yang benar saat dilakukan wawancara, namun pada saat melakukan pemeriksaan fisik penulis menemukan kesenjangan karena adanya beberapa faktor penghambat seperti kelengkapan alat yang kurang, kondisi fisik klien yang lemah dan mengharuskan klien untuk beristirahat sehingga hal tersebut menghambat penulis dalam melakukan pemeriksaan fisik. Dan pada data biologis, data spiritual, data psikologis dan data sosial penulis tidak menemukan kesenjangan karena data yang ada pada klien menunjukkan kenormalan kondisi yang dialami klien. Adapun pada pemeriksaan laboratorium, penulis menemukan kesenjangan dimana data yang ada hanya satu  yaitu hasil pemeriksaan Hb dan itupun hanya dilakukan pemeriksaan sekali pada hari pertama klien dirawat.
2.     Diagnosa keperawatan
Didalam karya tulis ilmiah ini, penulis mengangkat empat diagnosa
keperawatan yang muncul yaitu :
a.      Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen ke jaringan otak tidak adekuat.
b.     Gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan pusing.
c.      Proses berduka berhubungan dengan proses berduka kehilangan orang yang dicintai (bayinya)
d.     Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan masa nifas.
Sedangkan diagnosa keperawatan yang muncul secara teoritis pada post partum normal disertai IUFD akibat solusio plasenta adalah sebagai berikut :
a.      Nyeri, resiko tinggi berhubungan dengan distensi jaringan.
b.     Cedera, resiko tinggi berhubungan dengan profil darah abnormal (anemia, sensitivitas rubella, inkompabilitas Rh) .
c.      Infeksi, resiko ringgi berhubungan dengan penurunan Hb.
d.     Eliminasi urine, perubahan berhubungan dengan efek-efek hormonal (perpindahan cairan, peningkatan aliran plasma ginjal).
e.      Kekurangan volume cairan, resiko tinggi berhubungan dengan kehilangan vaskuler berlebihan.
f.       Kelebihan volume cairan, resiko tinggi berhubungan dengan ketidaktepatan penggantian cairan.
g.     Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot (diastasis rekti).
h.     Gangguan pola tidur berhubungan dengan proses persalinan dan kelahiran melelahkan.
i.       Perfusi jaringan, perubahan  berhubungan dengan hipovolemia.
j.       Ansietas berhubungan dengan krisis situasi.
k.     Tidak efektifnya mekanisme koping individu berhubungan dengan kematian janin.
l.       Proses keluarga, perubahan, resiko tinggi terhadap ; penampilan peran berhubungan dengan krisis situasi (kematian anak).
Diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam kasus ini pada prinsipnya sama dengan yang ada didalam teori, tetapi terdapat diagnosa yang tidak ditemukan penulis di lapangan. Dimana diagnosa yang sesuai dengan teori yang tidak ditemukan penulis didalam karya tulis ilmiah ini yaitu : Gangguan rasa nyaman nyeri akibat distensi jaringan, Cedera atau resiko tinggi cedera, Eliminasi urine, Kekurangan volume cairan, Kelebihan volume cairan, Konstipasi, Gangguan pola tidur, Ansietas, Proses keluarga atau resiko tinggi terhadap penampilan peran.
Didalam tinjauan kasus ini, penulis tidak mencantumkan diagnosa tersebut dikarenakan gangguan rasa nyaman nyeri akibat distensi jaringan tidak ditemukan pada klien karena pada saat dikaji klien tidak mengeluh nyeri akibat distensi jaringan, namun klien hanya mengeluh pusing akibat gangguan perfusi jaringan dan pusing merupakan gejala. Pada diagnosa cedera atau resiko tinggi cedera pada dasarnya hampir sama dengan gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas, selanjutnya pada diagnosa eliminasi urin dan diagnosa konstipasi tidak ditemukan karena saat dikaji tidak terdapat keluhan, dan diagnosa kekurangan volume cairan pada prinsipnya hampir sama dengan gangguan perfusi jaringan , serta pada diagnosa kelebihan volume cairan tidak ditemukan karena pemenuhan kebutuhan cairan yang diberikan adekuat, dan pada diagnosa gangguan pola tidur tidak juga ditemukan karena saat dikaji klien tidak mengeluh kesulitan tidur, pada diagnosa ansietas tidak ditemukan pada klien, karena saat dikaji klien tidak cemas lagi walau sebelumnya pernah mengeluh cemas namun sekarang sudah tidak lagi. Pada diagnosa berduka dan proses keluarga, resiko terhadap penampilan peran hampir sama dengan tidak efektifnya mekanisme koping individu karena diagnosa ini sama-sama menunjukan perubahan psikologis.
3.     Perencanaan
Pada tahap perencanaan, penulis tidak banyak menemukan perbedaan karena pada prinsipnya sama antara tahap perencanaan didalam teori dan kasus di lapangan. Perencanaan tindakan yang dilaksanakan pada klien dengan post partum normal disertai IUFD akibat solusio plasenta, semua mengacu pada teori dan melihat pada masalah-masalah keperawatan yang dihadapi klien dengan menetapkan perumusan masalah dan prioritas masalah serta rencana tindakan untuk prioritas masalah dalam diagnosa keperawatan dibuat berdasarkan kebutuhan dasar menurut hirarki maslow yang terdiri dari kebutuhan biologis/pisiologis, rasa aman, mencintai dan dicintai, harga diri dan aktualisasi diri baik aktual maupun potensial.
4.     Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, penulis tidak banyak menemukan perbedaan antara teori dengan kasus di lapangan, karena pada prinsipnya sama. Tahap pelaksanaan mengacu pada tahap perencanaan yang telah ditentukan pada klien dengan post partum normal disertai IUFD akibat solusio plasenta.
5.     Evaluasi.
Pada tahap evaluasi, penulis tidak banyak menemukan perbedaan antara teori dengan kasus dilapangan, pada pirnsipnya sama karena telah ada acuan evaluasi yaitu berupa kriteria evaluasi yang mengacu pada tujuan.



E.   3. Tahap Rencana Asuhan Keperawatan / NCP


 


Nama
Umur
: Ny. S
: 30 tahun

Dx.
Ruang
:  Post parrtum spontan
:  IV

No.
Tanggal
Dx. Keperawatan

Perencanaan

Tujuan
Intervensi
Rasional
1
2
3
4
5
6
1
26-07-04
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen kejaringan otak tidak adekuat yang ditandai dengan :
DS: - Klien mengeluh kepalanya pusing
-   Klien mengeluh pusing semakin bertambah jika banyak beraktifitas
DO: - Klien tampak meringis kesakitan sambil memegang kepalanya
-   Skala pusing 3
-   Hb darah rendah 6 gr
-   Tanda – tanda vital
-   N = 120 x/menit
Jangka Panjang:
Gangunan perfusi jaringan teratasi setelah diberikan Tindakan selama 6 x 24 jam
Jangka Pendek:
Gangguan perfusi jaringan teratasi dengan kriteria :
DS:
- Klien tidak mengeluh pusing
- Klien dapat beraktivias tanpa mengeluh pusing
1.    Obserasi tanda-tanda vital





2.    Kaji tingkat pusing klien




3.    Atur posisi yang nyaman dengan posisi trendelenburg yaitu posisi kepala lebih rendah dari kaki.
1. Untuk mengetahui keadaan status kesehatan klien sehingga dapat mempermudah menentukan intervensi berikutnya.
2. Untuk mengetahui sejauhmana  kualitas nyeri dirasakan sehingga dapat menentukan intervensi berikutnya.
3. Dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki maka sirkulasi darah keotak adekuat sehingga suplai O2 keotak adekuat dan pusing
1
2
3
4
5
6



-   Respirasi 28 x/mnt
-   Konjugtiva anemis
-   Bibir tampak pucat
-   Kulit tampak pucat
-   Keluar keringat

DO:
- Klien tampak tenang
- Skala pusing 0
- HB normal (12-14 MmHg)
- Respirasi 16-24x/mnt
- Nadi 16-24 x /mnt
- Bibir berwarna merah muda dan tidak pucat
- Kulit segar dan tidak pucat
 Konjungtiva an anemis

4.    Anjurkan untuk melakukan teknik relaksasi dengan tarik nafas dalam setiap 1 jam 5 kali



5.    Kolaborasi dengan dokter atas pemberian transfusi darah

6.    Kaloborasi dengan dokter untuk melakukan cek Hb ulang




7.    Kolaborasi dengan dokter  atas pemberian obat
berkurang.
4. Dengan melakukan tekhnik relaksasi maka volume O2 dalam darah meningkat sehingga kapasitas O2 dalam paru meningkat dan kebutuhan O2 adekuat.
5. Dengan dilakukan tindakan transfusi darah maka akan meningkatkan kadar HB darah.
6. Dengan melakukan cek HB dalam darah maka dapat diketahui kadar HB dalam darah sehingga dapat mempermudah menentukan intervensi berikutnya
7. Topgesic bekerja memblok SSP ke kortek serebri sehingga nyeri
1
2
3
4
5
6




        topgesic 3 x 1
8.    Kolaborasi dengan dokter. atas pemberian survon T

     tidak dipersepsikan
8. Obat Survon T berisi vitamin dan Fe sehingga dapat berfungsi meningkatkan kadar HB darah.
2
26-07-04
Gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan pusing yang ditandai dengan  :
DS: - Klien mengeluh lemas
-   Klien selalu meminta bantuan jika beraktivitas
DO:- Klien tampak lemah
-   Aktivitas klien dibantu oleh keluarga
-   Klien mengeluh pusing jika beraktivitas berat
-   Kekuatan otot :
4        4
4        4
Jangka Panjang:
Gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas teratasi setelah dilakukan tindakan selama 6 x 24 jam.
Jangka Pendek:
Gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas teratasi ditandai dengan kriteria :
DS :
-  Klien tidak mengeluh lemas
1. Kaji tingkat kemampuan aktivitas klien








2. Dekatkan barang-barang yang diperlukan klien

1. Dengan mengkaji tingkat kemampuan klien beraktivitas maka dapat diketahui seberapa kemampuan klien dapat beraktivitas untuk memenuhi kebutuhannya secara mandiri sehingga dapat menentukan intervensi berikutnya.
2. Dengan mendekatkan barang-barang yang diperlukan maka klien dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri tanpa
1
2
3
4
5
6













-  Klien tidak lagi meminta bantuan keluarga jika melakukan aktivitas
DO:
-  Klien tampak segar
-  Klien dapat beraktivitas secara mandiri
-  Klien tidak mengeluh pusing jika beraktivitas berat
-  Kekuatan otot :
5          5
5          5


3. Libatkan anggota keluarga untuk membantu aktivitas klien



4. Beri HE tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh dalam proses pemulihan.





5. Anjurkan melakukan mobilisasi fisik secara bertahap
menimbulkan ketergantungan.
3. Dengan adanya keluarga yang membantu aktivitas klien maka kebutuhan klien dapat terpenuhi dan mempererat tali persaudaraan.
4. Dengan memberikan HE tentang nutrisi maka akan menambah pengetahuan klien akan pentingnya nutrisi bagi tubuh dalam proses pemulihan tenaga sehingga dapat beraktivitas secara mandiri.
5. Dengan melakukan mobilisasi fisik secara bertahap maka dapat mencegah terjadinya trombovlebitis

1
2
3
4
5
6
3
26-07-04
Tidak efektifnya mekanisme koping individu berhubungan dengan proses berduka kehilangan orang yang dicintai
(bayinya) yang ditandai dengan:
Jangka Panjang:
Tidak efektifnya mekanisme koping individu teratasi setelah diberi
1. Bina hubungan saling percaya
1.   Dengan terbinanya hubungan saling percaya maka klien akan lebih terbuka untuk


DS:    Klien mengatakan sangat sedih sekali atas meninggalnya sang bayi yang baru dilahirkan
DO: - Klien tampak lebih sering murung dan melamun
-     Klien terlihat lebih banyak diam dan hanya akan bicara jika ditanya
-     Klien tampak lemah
tindakan 2 x 24 jam
Jangka Pendek:
Mekanisme coping individu menjadi efektif yang ditandai dengan :
DS:
-  Klien sudah bisa menerima kenyataan dengan berlapang dada dan mengiklaskan kepergian bayinya.
-  Klien mengatakan sudah tidak sedih
DS:
-  Klien sudah tampak


2. Kaji keadaan psikologi klien dengan mengeksploitasi perasaannya




3. Tunjukkan rasa berduka dan empati kepada klien atas meninggalnya bayi klien.

4. Beri motivasi untuk selalu bersabar dan menerima cobaan.

mengekspresikan perasaannya.
2.   Dengan mengkaji psikologi klien maka dapat menggali keadaan psikologi klien atas reaksi berduka sehingga dapat menentukan intervensi selanjutnya.
3.   diharapkan klien akan lebih bisa menerima kenyataan dan klien akan lebih merasa tenang.
4.   Dengan memberikan motivasi kepada klien, diharapkan klien bisa menerima semuanya
1
2
3
4
5
6



cerah lagi dan sudah mau diajak bercanda
-  Klien sudah terlihat mau bicara lagi dan mau diajak bercanda.
-  Klien sudah mau bicara bersama klien yang lainnya.
-  Klien tampak segar

dengan berlapang dada dan bisa mengikhlaskan bayinya sebagai cobaan dari tuhan dan dapat mengambil hikmah dari semua kejadian.

4
26-07-04
Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan masa nifas yang ditandai dengan:
DS:  Klien mengatakan keluar darah pevaginam dalam jumlah yang cukup banyak + 2 soptek/hari
DO: -  Terdapat  lokea rubra
-     Darah berbau amis
Jangka Panjang:
Infeksi tidak terjadi setelah dilakukan tindakan selama 8x24 jam
Jangka Pendek:
Infeksi  tidak terjadi yang ditandai dengan:
DO :
- Tidak terdapat tanda-tanda
1.    Observasi tanda-tanda vital dan tanda-tanda peradangan





2.    Anjurkan untuk tetap menjaga septik dan antiseptik
1.    Dengan mengetahui tanda-tanda vital dan tanda-tanda peradangan maka dapat segera terdeteksi secara dini bila ada perubahan kearah yang berarti sehingga dapat segera diatasi
2.    Untuk mencegah masuknya kuman karena porte de entry
1
2
3
4
5
6



peradangan
-  Tanda-tanda vital normal
TD:120/80 MmHg
N:60-100 x/mnt
R:16-24 x/mnt
   S: 36-37oC
3.    Lakukan vulva hygiene
4.    Anjurkan untuk membersihkan vagina setiap sehabis BAB dan BAK.
5.    Anjurkan ganti balutan bila dirasa sudah penuh
3.    Dengan dilakukan vulva hygiene maka   dapat mencegah kuman masuk
4.    Untuk mencegah terjadinya infeksi
5.    Untuk meningkatkan rasa nyaman dan mencegah kuman berkembang biak







SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik                  : Nursiti
Sasaran                : Ny. S
Hari/tanggal        : Selasa, 27 Juli 2004
Tempat                : Ruang Melati kamar   RSUD Bekasi
Waktu                 : 1 x 15 menit

1.    Tujuan
a.     Tujuan instruksional umum
Setelah dilakukan penuyuluhan dalam waktu 1 x 15 menit, klien dan keluarga mampu memahami tentang masalah nutrisi.
b.    Tujuan intruksional khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 1 x 15 menit, klien dan keluarga dapat :
1)   Menyebutkan pengertian nutrisi dengan tepat
2)   Mengidentifikasi 2 dari 4 macam-macam zat makanan yang diperlukan tubuh dan contoh makanannya minimal 2 dengan tepat
3)   Mengidentifikasi 2 dari 3 manfaat nutrisi bagi tubuh dengan tepat
2.    Materi : terlampir

F.   Nutisi

a.     Pengertian nutrisi
b.    Macam zat makanan yang diperlukan oleh tubuh
c.     Manfaat nutrisi bagi tubuh


3.    Kegiatan
No.
Penyuluh
Audiens
1.
2.

3.


4.


5.
Memberi salam
Apersepsi (menggali pengetahuan klien tentang nutrisi bagi tubuh)
Menjelaskan materi nutrisi (pengertian, macam zat makanan dan manfaat nutrisi)
Tanya jawab dengan klien tentang pengertian, macam zat makanan, manfaat nutrisi.
Menyimpulkan materi hasil diskusi
Klien menjawab salam
Klien mengatakan bahwa nutrisi hanya sebatas makanan
Klien menyimak dan memperhatikan

Klien menyimak dan memperhatikan

Klien mengerti dan memahami tentang nutrisi.

4.    Metode
Ceramah dan tanya jawab
5.    Media
Poster
6.    Sumber
-         Prof Dr. Achmad Djaelani Sedioetama, M.Sc, 1993, Ilmu Gizi Jilid II, Dian Rakyat.
-         Sajogyo, dkk, 1994 Gizi Baik Yang Merata di Pedesaan dan di Kota, Akademi Kebidanan cianjur University Press.


7.    Evaluasi
Proses   :
Jenis      : Lisan
Bentuk  : Essay
Alat       :
-               Sebutkan pengertian nutrisi dengan tepat
-               Sebutkan 2 dari 4 macam-macam zat gizi dan contohnya dengan tepat
-               Sebutkan 2 dari 3 manfaat nutrisi dengan tepat


Lampiran Materi Penyuluhan

B.  NUTRISI

1.    Pengertian Nutrisi
Nutrisi adalah suatu zat penyusun dalam makanan yang diperlukan tubuh untuk pertumbuhan.
2.    Macam zat-zat makanan yang diperlukan oleh tubuh diantaranya :
a.     Karbohidrat   contoh : Beras, jagung, kentang dan ubi
b.    Protein            contoh : Daging ayam, ikan, kerang, tahu, tempe
c.     Vitamin contoh : Buah-buahan dan sayur-sayuran
d.    Mineral contoh : Air putih
3.    Manfaat nutrisi bagi tubuh
1.    Makanan sebagai sumber zat tenaga
2.    Makanan sebagai sumber zat pembangun
3.    Makanan sebagai zat pengatur



Semoga Bermanfaat
Untuk KTI dengan judul lain silahkan ADD YM berikut: a_rochmatt@yahoo.co.id untuk download KTI gratis…!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar