Bukit Pangrango 31 oktober
2013
Dingin hembusan angin,,,
Gemuruh riuh suara
dedaunan,,,
Gunung gede pangrango di sore
itu,
Tidak terlintas dalam
benaku,,, ketika kelopak mata ini tak sanggup lagi membendung air mata
kesakitanku,,, kesedihanku,,, kesadaranku,,, ikuti kisah liku hidupku…
Kesakitanku,,,
Manakala ku tahui, itulah
sikapmu… itulah kau dibalik topengmu.
Kesedihanku,,,
Manakala kutahui, dialah
pilihanmu… dialah pemenangnya…!!!
Dalam tawaku sore itu,
bersama suasana hati yang berantakan laksana dedaunan kering nan terjatuh
disapu angin, dan kusimpan dalam-sedalam-dalamnya,,, bahwa sedihku hanya aku
yang tahu.
Kesadaranku,,,
Aku adalah aku,,, dan
selamanya adalah aku,,, tidak akan bisa menjadi orang lain. Tersadar bersama
sang air wudlu,,, bahwa aku memang kotor, bahwa aku lebat laksana pohon cemara
yang lebat akan daunnya, dan aku penuh akan kekuranganku,,, tanpa satupun
kelebihanku.
Kesadaranku,,, berserah pada
illahi berharap agar pilihannya tidak salah dan berujung kesakitan, bak
kesakitanku hari ini.,,
Harapan dalam do’a,,,
Semoga dialah yang terbaik
untukmu,,, hidupmu,,, hari ini,,, esok,,, dan selamanya,,
Ikuti kisah liku hidupku,,,
Terimakasihku untukmu yang
pernah singgah dihatiku,,,
Syukurku padamu ya allah atas
karunia nikmat mempertemukan,,, aku,,, dia dan pasanganya,,,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar